Kegitan
komunikasi hampir saja dilakukan dan tak mungkin dihindari oleh manusia sebagai
makhluk sosial. Hal ini dapat dipahami karena untuk memenuhi hajat hidup dan
kehidupannya seseorang tidak mungkin sama sekali lepas dari ketergantungan pada
orang lain. Dalam perjalanan sepanjang hidup selalu saja ada bentuk-bentuk
ketergantungan pada orang lain, bahkan setelah mati untuk masuk ke liang kubur
terpaksa dimasukkan oleh orang lain. Seseorang menjalin komunikasi dengan orang
lain karena ada berbagai alasan atau kepentingan. Hendaknya sesama manusia bisa
saling menghormati bukan sebaliknya saling menghina. Apalagi jelas Allah
melarang suatu kaum menghina kepada kaum yang lain, begitupun wanita tidak
boleh menghina wanita lain. Sementara itu dasar kemanusiaan yang dikembangkan
di negara kita tidak hanya mengacu kepada pertimbangan adil melainkan juga
harus beradap, ini berarti juga harus menghormati sesama manusia kita jadikan
acuan didalam pergaulan kehidupan kita tak terkecuali dalam kegiatan
berkomunikasi.
Di lingkungan
masyarakat dapat kita lihat fenomena yang menunjukkan bahwa orang lebih senang
berbicara ketimbang mendengarkan karena mungkin akan lebih terlihat terhormat,
cerdas, senior dari pada yang mendengarkan. Begitu pula ada kecenderungan
seseorang hanya mau mendengarkan terhadap orang yang level atau stratanya lebih
tinggi atau setidaknya sama. Sebenarnya mendengarkan itu sama pentingnya dengan
berbicara kalau tidak boleh dikatakan malahan lebih penting. Banyak orang gagal
karena tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Misalnya, produsen gagal
memasarkan produksinya karena tidak mau mendengarkan saran dari konsumen/calon
konsumen. Dokter gagal mengobati pasiennya gara-gara tidak mau mendengarkan
keluhan pasien dengan seksama, akibatnya terjadi kesalahan diagnosis yang
berakibat pula pada kesalahan therapy, dsb. Kemauan mendengarkan pendapat orang
lain dan kemauan untuk berlatih mendengarkan yang efektif adalah sangat
bermanfaat bagi generasi muda bagi kehidupannya dimasa mendatang.
Dalam menjalin komunikasi seyogyanya
dapat mengenal lebih dalam mengenai sifat-sifat dan karakter orang-orang dengan
latar belakang individualis maupun kolektivis. Budaya individual ditandai
dengan sangat menghargai hak-hak individu dibanding hak-hak publik. Orang-orang
pada masyarakat individualis cenderung lebih mandiri, lebih profesional, lebih
gentle, dan memiliki tanggung jawab terhadap perilaku sendiri. Sementara itu
pada budaya kolektivis ditandai dengan ikatan kelompok yang sangat kental,
lebih bersifat emosional bahkan cenderung disakralkan. Reputasi kelompok lebih
ditonjolkan dari pada jati diri pribadi.
Dalam kaidah
komunikasi dikenal kaidah emas, yaitu suatu kaidah yang menyuruh kita
memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh mereka atau bisa
disebut tenggang rasa. Kalau kita terapkan sebagai etika komunikasi bolehlah
dengan asumsi orang-orang yang terlibat komunikasi itu memiliki kesamaan
budaya, kesamaan nilai-nilai yang dianut, kesamaan selera, dll. Apabila
diterapkan pada komunikasi antar budaya kiranya kurang tepat karena banyaknya
perbedaan-perbedaan orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itu.
Maka dengan memberikan empati,
kita perbaiki kaidah emas itu menjadi sebut saja kaidah intan yang berbunyi :
perlakukanlah orang lain seperti mereka memperlakukan diri mereka sendiri. Bagi
gnerasi muda yang hendak menjalin komunikasi antar budaya, hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Berusahalah mengerti dan memahami
bahasa mereka
2. Berusahalah mengerti dan memahami
budaya mereka menurut cara pandang mereka
3. Berusahalah menyesuaikan diri tanpa
mengorbankan prinsip-prinsip agama
4. Bila terjadi konflik berusahalah
segera berdamai dengan cara yang bijaksana dan sopan
SUKRON
Posting Komentar