Dalam sebuah pencapaian Visi dan Misi hidup yang optimal, setiap manusia perlu menggali kecerdasan-kecerdasan alami dalam dirinya yang ternyata terbagi dalam beberapa dimensi yaitu yang sering kita dengar dengan Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Apabila ketiga kecerdasan tersebut tergabung dengan sempurna maka manusia akan mampu menjadikan ketiga hal itu menjadi sebuah keyakinan pribadi (personal beliefs) yang sangat mempengaruhi kesuksesan hidupnya, baik di dunia maupun setelahnya.
Semua bentuk kecerdasan tersebut bermula dari kodrat manusia yang memiliki 3 modal di dalam dirinya, yaitu modal materil atau fisik, modal sosial, dan yang terpenting modal spiritual. Modal fisik atau materil (physical capital) dapat berupa sebuah keterampilan atau pengetahuan yang didapat dari pengalamannya, modal sosial (social capital) merupakan rasa kebersamaan yang muncul pada diri dan juga keterikatan emosi , dan yang terakhir modal spiritual (spiritual capital) sebagai kemampuan alami untuk mengenali diri sendiri sebagai hamba Tuhan. Untuk mengelola ketiga modal tadi, diperlukan tiga jenis kecerdasan (IQ, EQ, SQ) yang harus dioptimalisasikan.
Adapun fungsi IQ adalah untuk menjawab pertanyaan “Apa yang saya pikirkan” untuk mengelola kekayaan fisik yang ada dalam diri. Otak IQ dasar kerjanya adalah berfikir seri, linear, logis dan tidak melibatkan perasaan. Keunggulan dari berfikir seri ini adalah akurat, tepat dan dapat dipercaya. Kelemahannya adalah ia hanya bekerja dalam batas-batas yang ditentukan, dan menjadi tidak berguna jika seseorang ingin menggali wawasan baru atau berurusan dengan hal-hal yang terduga.
Selanjutnya fungsi EQ yaitu menuju pada pertanyaan “Apa yang saya rasakan” untuk mengelola kekayaan sosial emosi. Otak EQ cara kerjanya berfikir asosiatif. Jenis pemikiran ini membantu seseorang menciptakan asosiasi antarhal, misalnya antara lapar dan nasi, antara rumah dan kenyamanan, antara ibu dan cinta, dll. Pada intinya pemikiran ini mencoba membuat asosiasi antara satu emosi dan yang lain, emosi dan gejala tubuh, emosi dan lingkungan sekitar. Kelebihan cara berfikir asosiatif adalah bahwa ia dapat berinteraksi dengan pengalaman dan dapat terus berkembang melalui pengalaman atau eksperimen. Ia dapat mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya, merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa ambiguitas. Kelemahan dari otak EQ adalah variasinya sangat individual dan tidak ada dua orang yang memiliki kehidupan emosional yang sama. Hal ini tampak dari pernyataan "saya dapat mengenali emosi anda, saya dapat berempati terhadapnya, tetapi saya tidak dapat memiliki emosi anda".
Yang terakhir dan bisa dikatakan yang paling penting adalah fungsi dari SQ yang akan menjawab pertanyaan “Siapa saya” dalam mengelola kekayaan spiritual yang ada dalam hati setiap manusia. Otak SQ cara kerjanya berfikir unitif. Yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kemampuan untuk menangkap suatu situasi dan melakukan reaksi terhadapnya, menciptakan pola dan aturan baru.
Kemampuan ini merupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.
Kecerdasan spiritual tampaknya merupakan jawaban akan keterbatasan kemampuan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) dalam menyelesaikan kasus-kasus yang didasarkan atas krisis makna hidup, karena kecerdasan ini akan membawa kita dalam ketenangan menyelami cinta Tuhan yang selalu ada mengiringi kita.
Kemampuan ini merupakan ciri utama kesadaran, yaitu kemampuan untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dan nilai yang lebih tinggi.
Kecerdasan spiritual tampaknya merupakan jawaban akan keterbatasan kemampuan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) dalam menyelesaikan kasus-kasus yang didasarkan atas krisis makna hidup, karena kecerdasan ini akan membawa kita dalam ketenangan menyelami cinta Tuhan yang selalu ada mengiringi kita.
Is The Best
BalasHapus